Akbar Galih Kusuma
110910101033
Teori Pembangunan
“Nilai yang Mendorong Sikap Kompetitif
Negara”
Dalam bukunya yang berjudul ”Etika Protestan dan
Semangat Kapitalisme”, Weber mengemukakan bahwa etika dan gagasan puritan
telah memberikan pengaruh terhadap perkembangan kapitalisme. Ia mendefinisikan
semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang bisa menunjang
pengejaran keuntungan ekonomi secara rasional.[1]
Weber memperlihatkan bahwa tipe-tipe Protestanisme tertentu mendukung
pengejaran keuntungan ekonomi yang rasional dan bahwa kegiatan-kegiatan duniawi
telah memperoleh makna yang spiritual dan moral yang positif.
Max
Weber dengan baik mengaitkan
antara Etika Protestan dan Semangat Kapitalis (Die Protestan Ethik Under
Giest Des Kapitalis). Tesisnya tentang etika protestan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi kapitalis. Ini sangat kontras dengan anggapan bahwa agama
tidak dapat menggerakkan semangat kapitalisme. Studi Weber tentang bagaimana
kaitan antara doktrin-doktrin agama yang bersifat puritan dengan fakta-fakta
sosial terutama dalam perkembangan industri modern telah melahirkan corak dan
ragam nilai, dimana nilai itu menjadi tolak ukur bagi perilaku individu.
Karya Weber tentang The
Protestan Ethic and Spirit of Capitalism menunjukkan dengan baik keterkaitan
doktrin agama dengan semangat kapitalisme. Etika protestan tumbuh subur di
Eropa yang dikembangkan seorang yang bernama Calvin, saat itu muncul ajaran
yang menyatakan seorang pada intinya sudah ditakdirkan untuk masuk surga atau
neraka, untuk mengetahui apakah ia masuk surga atau neraka dapat diukur melalui
keberhasilan kerjanya di dunia.[2]
Jika seseorang berhasil dalam kerjanya (sukses) maka hampir dapat dipastikan
bahwa ia ditakdirkan menjadi penghuni surga, namun jika sebaliknya kalau di
dunia ini selalu mengalami kegagalan maka dapat diperkirakan seorang itu
ditakdirkan untuk masuk neraka.
Doktrin Protestan yang
kemudian melahirkan karya Weber tersebut telah membawa implikasi serius bagi
tumbuhnya suatu etos baru dalam komunitas Protestan, etos itu berkaitan
langsung dengan semangat untuk bekerja keras guna merebut kehidupan dunia
dengan sukses. Ukuran sukses dunia – juga merupakan ukuran bagi sukses di
akhirat. Sehingga hal ini mendorong suatu semangat kerja yang tinggi di
kalangan pengikut Calvinis. Ukuran sukses dan ukuran gagal bagi individu akan
dilihat dengan ukuran yang tampak nyata dalam aktivitas sosial ekonominya.
Kegagalan dalam memperoleh kehidupan dunia – akan menjadi ancaman bagi
kehidupan akhirat, artinya sukses hidup didunia akan membawa pada masa depan
yang baik di akhirat dengan “jaminan” masuk surga, sebaliknya kegagalan yang
tentu berhimpitan dengan kemiskinan dan keterbelakangan akan menjadi “jaminan”
pula bagi individu itu masuk neraka.
Upaya untuk merebut
kehidupan yang indah di dunia dengan “mengumpulkan” harta benda yang banyak
(kekayaan) material, tidak hanya menjamin kebahagiaan dunia, tetapi juga
sebagai media dalam mengatasi kecemasan. Etika Protestan dimaknai oleh Weber
dengan kerja yang luwes, bersemangat, sungguh-sungguh, dan rela melepas imbalan
materialnya.[3]
Dalam perkembangannya etika Protestan menjadi faktor utama bagi munculnya
kapitalisme di Eropa dan ajaran Calvinisme ini menebar ke Amerika Serikat dan
berpengaruh sangat kuat disana.
Berangkat dari pemikiran
Weber di atas saya mengambil kesimpulan bahwa nilai keagamaan dapat menjadi
nilai yang mendorong kompetitif suatu negara dalam sebuah usaha pembangunan. Dapat
dilihat dari semangat mengejar kekayaan oleh kaum protestan, yang tentunya akan
berimbas pada percepatan pembangunan negaranya. Dan tentunya berimbas pada
kekuatan kompetitif negara tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar